Musikalisasi Puisi
Pengertian
Musikalisasi adalah “hal menjadikan
bersifat musikal”, dan musikal berarti “berkenaan dengan musik” atau “mempunyai
kesan musik” dan “mempunyai rasa peka terhadap musik”. Musikal itu bertalian
dengan kata musik, yang artinya adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara
diurutkan kombinasi dengan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi
(suara) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan atau nada atau suara yang
disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan
(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi).
Puisi sebagai salah satu karya
sastra, dari segi bentuknya sudah menggunakan bahasa yang lebih padat dalam hal
pemilihannya daripada pemakaiannya di dalam prosa, misalnya. Pemakaian kata
pada puisi diperhitungkan dengan ketat, mempertimbangkan segi makna, kekuatan
citraan, rima dan jangkauan simboliknya. Oleh karena itu, di dalam puisi
kata-kata tidak sekedar digunakan sebagai alat mengungkap gagasan atau perasaan
penyair, tetapi juga sebagai bahan atau alat untuk membangkitkan tanggapan
pembaca. Dengan kata lain, bahasa di dalam puisi berperan untuk mengungkapkan
gagasan dan perasaan penyair, di samping untuk membangkitkan pengalaman jiwa
yang senyata-nyatanya pada pembaca. Di dalam hal yang seperti itu, sebuah
karya puisi yang dibacakan, sudah menimbulkan yang musikal. Kata-kata yang
dipakai dalam peran tadi sudah memberikan unsur musik. Bahkan, tidak
jarang pula citraan dan daya simbolik kata tadi, muncul karena nilai musikalnya.
Musikalisasi puisi merupakan upaya
untuk lebih menonjolkan unsur musikal tersebut sehingga puisi sebagai karya
sastra dapat lebih jelas lagi berdiri di depan khalayaknya. Jadi, unsur musikal
merupakan jembatan bagi khalayak untuk “berhubungan” dengan puisi.
Pemahaman
Puisi
Musikalisasi
puisi adalah salah satu kegiatan apresiasi puisi. Apresiasi berarti penghargaan berdasarkan pemahaman, dan
dengan demikian, pelaku musikalisasi puisi bukan hanya sekedar mengenal puisi
sebagai karya sastra, tetapi puisi itu harus dibaca dan dipahami.
a.
Membaca puisi
Puisi dibaca secara
bergantian dan didengarkan dengan sungguh-sungguh oleh semua pelaku/anggota
kelompok. Dari pembacaan puisi itu, diharapkan ada kesadaran terhadap makna
kata, dan sesama pelaku/anggota kelompok diberi kesempatan untuk menilai dan
menentukan bacaan puisi yang baik di antara mereka. Pembacaan puisi yang baik
adalah pengucapan kata-kata cukup terdengar, dapat dimengerti dan meyakinkan.
Pada tahap ini, pembacaan puisi itu akan semakin terarah, ada perbincangan
tentang makna kata, baik yang tersurat yaitu “kata yang tertulis”, maupun yang
tersirat yaitu “sesuatu yang tersembunyi di dalamnya”.
“Gadis Peminta-minta”
Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kita bertemu,
gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal
untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada
bulan merah jambu
Dan kotaku jadi
hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis
kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah
jembatan yang melulur sosok
Hidup dan kehidupan
angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan
riang
Duniamu yang lebih
tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di
aras air kotor, tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni,
terlalu murni
Untuk bisa membagi
dukaku
Kalau kau mati, gadis
kecil berkaleng kecil
Bulan di atas san tak ada
yang punya
Dan kataku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi
punya tanda.
“Padamu Jua”
Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang
terbang
Pualng kembali aku
padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di
malam gelap
Melambai pulang
perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai
hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam
cakarmu
Bertukar tangkap
dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu
jua
Engkau pelik menarik
ingin
Serupa dara di balik
tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu bukan
giliranku
Mati hari bukan
kawanku
“Walau”
Sutardji Calzoum Bachri
Walau penyair besar
Takkan sampai sebatas
Allah
Dulu pernah kuminta Tuhan
Dalam diri
Sekarang tak
Kalau mati
Mungkin hatiku bagai
batu tamat bagai pasir tamat
Jiwa membumbung dalam
baris sajak
Tujuh puncak
membilang-bilang
Nyeri hari
mengucap-ucap
Di butir pasir kutulis
rindu-rindu
Walau huruf habislah
sudah
Alif ba ta ku belum
sebatas Allah
CATATAN :
Perbedaan penafsiran puisi adalah
hal yang wajar dan tidak untuk diperdebatkan, karena perbedaan itu adalah
proses untuk bersikap positif, membuka ruang untuk terciptanya kebersamaan,
menjadi dinamika yang membentuk kepadatan proses kreatif.
Ide & Kreativitas
Pembacaan puisi yang baik, sudah
menimbulkan “hal yang bersifat musikal”, melalui pengucapan kata-kata dengan
tempo cepat, lambat, nada suara tinggi, rendah, keras, lemah dan mendatar.
Pembacaan puisi itu,
memberi sentuhan imajinasi dan merasakan peristiwa dalam puisi, menyentuh
kepekaan batin dan membuka ruang penciptaan suasana.
Suasana puisi yang
tercipta menimbulkan keinginan untuk ikut terlibat dalam proses itu, ada
keinginan menghadirkan bunyi, yang sangat terkait dengan ide & kreativitas
dalam penggarapan karya seni musikalisasi puisi.
Catatan:
·
Pada awalnya, memang terjadi benturan dengan kehadiran bunyi itu, dan
permasalahan ini dijawab dengan mengulang dan mengulang kembali proses latihan
tersebut.
·
Kebersamaan dalam kelompok musikalisasi puisi, juga untuk terbinanya
kesadaran dan kesabaran dalam melalui tahapan proses latihan. Ada langkah awal
dan langkah berikutnya.
·
Penggarapan musikalisasi puisi, tidak sekedar ada naskah puisi, kemudian
gitar dipetik, mencari dan merangkai nada, langsung menciptakan lagu. Hal
seperti itu akan menampilkan seseorang yang mengarahkan segalanya dengan sikap
dan gaya menggurui, yang akan menghilangkan pengertian apresiasi, menghambat
ide dan kreativitas.
“Doa”
Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Cahaya Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di malam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Sesudah pengucapan judul dan nama penyair, ada bunyi yang dihadirkan :
·
Apakah suara seruling yang mendayu
·
Bunyikan perkusi dengan tempo lambat
·
Petikan gitar yang menyelingi nada-nada seruling
·
Remasan kantong plastik suara gemerisik ilalang
·
Tampah beras yang diaduk, suara hembusan angin
Ketika pembacaan puisi sampai pada larik “Menyebut
kau penuh seluruh”, ada gejolak dalam diri yang menimbulkan keinginan untuk
merubah suasana :
·
Seruling yang beralih tempo dan adanya rangkaian nada
·
Bunyi perkusi dalam penciptaan irama
·
Gitar menyesuaikan permainan akordnya
·
Gumpalan kantong plastik dipukul, meningkahi irama perkusi
·
Suara koor yang menyelaraskan suasana
Ketika pembacaan puisi sampai pada larik “Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing”, suasana puisi berganti :
·
Suara seruling menyentuh keheningan
·
Ketukan perkusi, denyut kehidupan
·
Petikan gitar, menyesuaikan suasana
·
Remasan kantong plastik, bunyi yang timbul tenggelam
Dari proses tersebut di atas, ide dan kreativitas dapat dikembangkan,
diantaranya :
·
Suara seruling, petikan gitar, adalah nada-nada yang dapat dijadikan
sebagai titik tolak dalam proses penciptaan lagu
·
Bunyi perkusi, dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam proses penciptaan
irama
Instrumen/Alat Bunyi-bunyian
·
Alat musik ritmis = Gendang/Triangle/Perkusi
·
Alat musik melodis = Seruling/Harmonika/Pianika
·
Alat musik akordis = Gitar/Keyboard/Piano
Instrumen/Alat Bunyi-bunyian tersebut di atas,
adalah alat musik yang pada umumnya sudah dikenal, dan dalam proses penggarapan
musikalisasi puisi akan memudahkan penempatan fungsi instrumen/alat
bunyi-bunyian yang dimaksud
Dari beragamnya tema puisi, beragam pula
instrumen/alat bunyi-bunyian yang dipergunakan, tidak terbatas pada alat-alat
musik yang ada.
Pemahaman puisi sangat membantu untuk menemukan
instrumen/alat bunyi-bunyian yang dibutuhkan. Dengan sentuha ide dan
kreativitas, bisa saja benda-benda atau peralatan yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya : galon minuman, botol, bambu, batok kelapa,
gelas, kantong plastik, sendok, dll. Tetapi harus dipelajari terlebih
dahulu tentang bunyi yang dihadirkan, terkait dengan penciptaan suasana dan
peningkatan kesan musik pada puisi. Akan lebih memberi arti, apabila
instrumen/alat bunyi-bunyian yang dibutuhkan itu dibuat/diciptakan sendiri.
Proses seperti ini akan berlanjut dengan adanya
usaha mengenal dan mempelajari penggunaan alat musik tradisi. Banyak
penyair yang bermukim di daerah-daerah di Indonesia ini, dengan karyanya mereka
mengungkapkan tentang luka derita dan air mata, senyum dan harapan, cinta,
rindu dan kecewa, yang bersumber dari hidup dan kehidupan di daerahnya. Jika
puisi itu dimusikalisasikan, adalah lebih tepat, alat musik tradisi daerah itu
yang dipergunakan.
Bentuk Musikalisasi Puisi
Yang penting dan jangan diabaikan adalah
pengertian tentang musikalisasi puisi, agar tidak terjadi pengembangan ide dan
kreativitas yang mengarah ke bentuk apresiasi puisi yang lain, misalnya :
dramatisasi puisi, puisi teatrikal, dan gerak yang berlebihan dalam
berekspresi.
Bentuk musikalisasi puisi :
·
Pembacaan puisi secara utuh, musik mengiringi. Tantangannya adalah musik
harus mampu menciptakan suasana-suasana puisi sehingga tidak monoton.
·
Sebagian puisi dibaca, sebagian lagi dinyanyikan, musik mengiringi.
Tantangannya adalah pada penciptaan kesinambungan puisi yang dibaca dengan
puisi yang dinyanyikan.
·
Puisi dinyanyikan secara utuh, musik mengiringi. Tantangannya adalah
kemampuan menciptakan lagu dari kesan
musik yang ada pada puisi.
CATATAN :
Puisi sebagai karya
sastra, sangat mempertimbangkan pemakain kata yang terkait dengan makna,
kekuatan citraan, rima dan jangkauan simboliknya. Karena itu, jangan sampai
terjadi pengulangan kata tanpa motivasi yang jelas.
Contoh Musikalisasi Puisi yang baru saja kami bawakan dalam berbagai event lomba
“Lagu Sederhana Tanah Air Kita”
Sondri BS
Indonesia, nenek moyang siapa yang
menerukannya dalam sebuah nama
Indonesia,
merdeka jiwanya merdeka badannya tanah air yang rindu membiru
Dalam jiwamu, bersama gelombang jiwanya
Tertatih letih terkapar cemas, menjaga ruh raganya
Di antara perjalanan dengan simpang-simpang
Yang gaduh perkabaran sejarah
Aku dengar nyanyianmu
Lagu sederhana
Pada tanah air yang bebas jiwa rakyatnya
Lelaki yang memikul
Sejarah bangasanya
Dengan mata jernih cinta
Di tengah keringnya telaga
Dan samudera jiwa yang mencari muara
Dalam hiruk sejarah bangsamu
Kau telah mencoba menjadi satu bintang
Di tengah kerinduan orang orang pada cahaya
Negeri di timur ini
Yang berulang kali dihempaskan gelombang
Diamuk badai
Bahkan mengupak diri mereka
Yang telah menjadi
Penyangga sejarah negerinya sendiri
Tetapi cinta yang murni akan
Menjadi bunga sejarah bangsanya
Cinta yang gombal akan dihembus angin bagai debu
Hatta, orang-orang kecil dari bangsa kita yang masih terpencil
Di pojok dunia
Selalu merindukan para penanam bunga sepertimu
Demi menumbuhkan jiwa
Menemukan sebuah arti
Beribu pulau dan wajah
Yang menyinari negeri ini
Hiduplah abadi dalam jiwamu dengan ratusan juta
Mimpi rakyat
Yang timbul tenggelam dalam gelombang waktu
Di antara tangan tirani yang senantiasa melukai
disadur :karimabdulah.blogspot.com